Pada Tanggal 8 November 2014
Teknologi
Aquaponik di Lahan Sempit
Upaya menambah
luasan lahan pertanian sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan masih
menemui banyak kendala. Maka, teknologi aquaponik menjadi salah satu solusi
yang potensial untuk dikembangkan, terutama di kawasan perkotaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jakarta menganggap perlu dilakukan perubahan strategi dalam penyediaan pangan. Salah
satu strategi yang ditawarkan Balai ini demi mendukung perubahan tersebut
adalah melalui sistem budidaya tanaman yang dipadukan dengan budidaya ikan atau
disebut “aquaponik”. Pada sistem
ini, dengan luasan lahan yang sama maka akan dapat dihasilkan dua komoditas
sekaligus, yakni sayuran dan ikan. Budidaya sayuran, secara langsung akan
didukung oleh sistem di bawahnya (ikan) yang menghasilkan sisa pakan dan kotoran
yang mengandung hara konsentrasi tinggi yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman di
atasnya. Sementara itu, media tanaman dan tanaman yang berada di atasnya
akan menyaring air dan mempertahankan kualitas air yang berada di
bawahnya. Kondisi tersebut menyebabkan kualitas air kolam akan tetap
baik, bebas dari sisa pakan dan kotoran ikan, sehingga akan mendorong
pertumbuhan ikan menjadi baik.
Pada dasarnya,
aquaponik adalah sistem produksi pangan berkelanjutan yang menggabungkan
budidaya tradisional (membesarkan hewan air seperti lobster, ikan, atau udang
dalam bak atau kolam) dengan hidroponik (budidaya tanaman dalam air) di dalam
lingkungan simbiosis. Dalam budidaya hewan air, limbah menumpuk di dalam air,
sehingga bersifat toksik bagi ikan. Limbah kaya hara tersebut selanjutnya
disirkulasi menuju subsistem hidroponik yang ditanami berbagai jenis tanaman.
Setelah itu, air menjadi bersih dan kaya oksigen yang diresirkulasi
kembali ke dalam kolam.
Aquaponik
terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian akuatik (air) untuk pemeliharaan
hewan air dan bagian hidroponik untuk menumbuhkan tanaman. Sistem akuatik
menghasilkan sisa pakan dan feses yang terakumulasi di dalam air dan bersifat
toksis terhadap hewan air, namun kaya nutrien yang dapat menjadi sumber hara bagi
tanaman dalam sistem hidroponik di atasnya.
Meskipun
terdiri atas dua bagian, sistem aquaponik terdiri beberapa komponen atau sub
sistem yang bertanggung jawab atas penghilangan limbah padat, penyuplai basa
untuk menetralkan kemasaman, atau pengatur kandungan oksigen air. Komponen
tersebut antara lain, (1) tangki pemeliharaan ikan atau kolam, (2) unit
penangkap dan pemisahan limbah padat (sisa pakan dan feses), (3) bio filter,
tempat di mana bakteri nitrifikasi dapat tumbuh dan mengkonversi amonia menjadi
nitrat, yang dapat digunakan oleh tanaman, (4) subsistem hidroponik, yakni
bagian dari sistem di mana tanaman tumbuh dengan menyerap kelebihan hara dari
air, (5) Sump: titik terendah dalam sistem di mana air mengalir ke dan dari
yang dipompa kembali ke tangki pemeliharaan. Unit untuk menghilangkan padatan,
biofiltrasi, dan/atau subsistem hidroponik dapat digabungkan menjadi satu unit
atau subsistem, yang mencegah air mengalir langsung dari bagian budidaya
ikan (kolam) ke sub sistem hidroponik. Unit biofilter ini sangat vital
peranannya karena terkait dengan proses nitrifikasi.
Nitrifikasi
atau perubahan amonia menjadi nitrat dalam suasana aerobik, merupakan salah
satu faktor yang paling penting dalam sistem aquaponik. Hal tersebut
disebabkan proses nitrifikasi dapat mengurangi toksisitas air dan memungkinkan
senyawa nitrat yang dihasilkan menjadi sumber nutrisi tanaman. Amonia terus
dilepaskan ke dalam air melalui kotoran dan insang ikan sebagai produk dari
metabolisme. Ammonia bersifat beracun bagi ikan (0,5-1 ppm) sehingga
harus disaring keluar dari sistem pemeliharaan ikan. Meskipun tanaman dapat
menyerap amonia, namun Nitrat lebih mudah untuk diserap dan digunakan tanaman,
sehingga efisien dalam mengurangi toksisitas air untuk ikan. Amonia dapat diubah
menjadi senyawa nitrogen lain melalui populasi sehat Nitrosomonas: bakteri yang
mengubah amonia menjadi nitrit, dan Nitrobacter: bakteri yang mengubah nitrit
menjadi nitrat. Dalam sistem aquaponik, akar tanaman menjadi tempat hidup dan
berkembangnya bakteri-bakteri tersebut. Setelah sistem stabil, kadar amonia
dalam air berkisar 0,25-2,0 ppm, nitrit berkisar tingkat 0,25-1 ppm, dan
nitrat berkisar 2-150 ppm.
Dengan kata
lain, tanaman yang tumbuh dalam subsistem hidroponik, dengan akar terendam
dalam air kaya nutrisi yang berasal dari limbah kolam, akan membantu untuk
menyaring amonia yang merupakan racun bagi hewan air, atau metabolitnya.
Setelah melewati subsistem hidroponik, air menjadi bersih dan kaya oksigen, dan
dapat kembali ke dalam sistem air.
Sayuran daun
hijau yang paling baik tumbuh dalam subsistem hidroponik adalah petsai, selada,
kemangi, tomat, okra, melon dan paprika. Selain itu, spesies lain seperti
buncis, kacang polong, kol, selada air, talas, lobak, stroberi, bawang, ubi
jalar dan rempah-rempah juga dapat menjadi pilihan tanaman yang bisa ditanam
secara aquaponik. Sedangkan jenis ikan air tawar yang paling umum digunakan
dalam sistem aquaponik dan paling popular untuk aquaponik skala rumah tangga
maupun komersial adalah nila, lele, patin, dan belut. Jadi jelaslah, teknologi aquaponik layak untuk dikembangkan di lahan
pekarangan terutama di perkotaan yang memiliki lahan pekarangan sempit hingga
sangat sempit. Teknologi aquaponik ini dapat menjadi langkah awal yang logis
menuju kamandirian pangan keluarga dan bahkan bangsa Indonesia. (laksmi)
Sumber :
Husni Mubarok (13386)
BalasHapus1. Nilai penyuluhan
- Sumber teknologi/ ide : budidaya tanaman dipadukan dengan budidaya ikan (aquaponik). Aqua adalah air untuk budidaya ikan. Sedangkan hidroponik untuk budidaya tanaman. Sistem akuatik menghasilkan sisa pakan dan feses yang terakumulasi di dalam air dan bersifat toksis terhadap hewan air, namun kaya nutrien yang dapat menjadi sumber hara bagi tanaman dalam sistem hidroponik di atasnya.
- Sasaran : sasaran teknologi aquaponik adalah masyarakat perkotaan yang memiliki lahan yang sempit.
- Manfaat : aquaponik bermanfaat untuk mengoptimalkan pertanian di lahan yang sempit sebagai solusi atas permasalahan daerah perkotaan yang lahannya relatif sempit. Selain itu dapat dihasilkan dua komoditas sekaligus, yakni sayuran dan ikan.
- Nilai pendidikan : teknologi aquaponik sangat menarik untuk dipelajari kemudian dikembangkan karena terkait dengan masalah kita bersama.
2. Nilai berita :
Timelines : berita tersebut masih baru dan tidak basi. Kutipannya adalah sebagai berikut “Upaya menambah luasan lahan pertanian sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan masih menemui banyak kendala. Maka, teknologi aquaponik menjadi salah satu solusi yang potensial untuk dikembangkan, terutama di kawasan perkotaan.”
Proximity : berita tersebut sangat dekat oleh masyarakat baik dari segi fisik maupun non fisik. bahan-bahan yang diperluakan juga mudah didapat. Kutipannya adalah sebagai berikut “teknologi aquaponik layak untuk dikembangkan di lahan pekarangan terutama di perkotaan yang memiliki lahan pekarangan sempit hingga sangat sempit.”
dan “Meskipun terdiri atas dua bagian, sistem aquaponik terdiri beberapa komponen atau sub sistem yang bertanggung jawab atas penghilangan limbah padat, penyuplai basa untuk menetralkan kemasaman, atau pengatur kandungan oksigen air. Komponen tersebut antara lain, (1) tangki pemeliharaan ikan atau kolam, (2) unit penangkap dan pemisahan limbah padat (sisa pakan dan feses), (3) bio filter, tempat di mana bakteri nitrifikasi dapat tumbuh dan mengkonversi amonia menjadi nitrat, yang dapat digunakan oleh tanaman, (4) subsistem hidroponik, yakni bagian dari sistem di mana tanaman tumbuh dengan menyerap kelebihan hara dari air, (5) Sump: titik terendah dalam sistem dimana air mengalir ke dan dari yang dipompa kembali ke tangki pemeliharaan.”
Importance : tulisan tersebut mengandung informasi yang sangat penting terkait solusi atas permasalahan bersama. Kutipannya adalah sebagai berikut “, teknologi aquaponik menjadi salah satu solusi yang potensial untuk dikembangkan, terutama di kawasan perkotaan. .“
Development : berita tersebut mencantumkan usaha pemerintah untuk perluasan lahan yang belum mencapai titik yang diinginkan karena banyak kendala sehingga memutar ke teknologi aquaponik. Kutipannya adalah sebagai berikut “Upaya menambah luasan lahan pertanian sebagai solusi peningkatan ketahanan pangan masih menemui banyak kendala. Maka, teknologi aquaponik menjadi salah satu solusi yang potensial untuk dikembangkan, terutama di kawasan perkotaan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta menganggap perlu dilakukan perubahan strategi dalam penyediaan pangan. Salah satu strategi yang ditawarkan Balai ini demi mendukung perubahan tersebut adalah melalui sistem budidaya tanaman yang dipadukan dengan budidaya ikan atau disebut “aquaponik”. “