Nama : Mustika Ajeng K.P.P.
NIM : 13474
Sumber : Yesica Lenaria Manurung. <http://green.kompasiana.com/penghijauan/2014/05/08/sistem-tanam-vertikultur-bagi-tanaman-organik-654915.html>
Pada saat ini,
lahan di perkotaan sudah mulai terbatas, sehingga masyarakat di perkotaan mulai
kekurangan ruang untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian. Maka dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat, diciptakan sistem inovasi
pertanian baru dengan pola tanam ke atas yaitu vertikultur. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini
merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah dengan lahan
terbatas. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman
secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida
yang berasal dari bahan organik non kimiawi. Tanaman organik yang dapat
dibudidayakan dan sesuai dengan sistem vertikultur adalah jenis tanaman
sayur-sayuran dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan
memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media
tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut.
Tujuan dari teknik
penanaman secara vertikultur menurut Badan Penyuluhan Departemen Pertanian
(Deptan) Kab.Ponorogo yakni untuk memanfaatkan lahan sempit yang tidak
produktif menjadi lahan sempit yang produktif dengan aplikasi vertikultur,
menghemat pengeluaran dengan cara memiliki tanaman sayuran sendiri, menambah
nilai estetika lahan pekarangan, dan dapat sebagai variasi pelengkap tiang
rumah utama.
Model,
bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak,
tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pribadi. Pada umumnya
adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga,
dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat
berupa bambu atau pipa paralon, kaleng
bekas, bahkan lembaran karung beras sekalipun, karena salah satu
filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar
kita.
Persyaratan
vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek.
Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain
selada, kangkung, bayam, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran lainnya.
Media
tanam merupakan tempat tumbuhnya tanaman
untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap
makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan
adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam.
Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran
hingga merata. Tanah memiliki kemampuan untuk mengikat unsur
hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman. Sekam
berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin
tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang
diperlukan tanaman.
Campuran media
tanam kemudian dimasukkan ke dalam paralon yang
telah dibuat atau bambu hingga penuh. Sebelumnya wadah tersebut juga harus
diberi lubang-lubang kecil pada bagian-bagiannya maksimal 10 lubang. Untuk
memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk
mendorong tanah hingga ke dasar wadah. Media tanam di dalam bambu
diusahakan agar tidak terlalu padat supaya
air mudah mengalir dan akar tanaman tidak kesulitan bernafas,
sehingga ruang tidak terlalu renggang dan ada keleluasaan dalam mempertahankan
air dan menjaga kelembaban.
Bibit tanaman
yang dipindahkan ke wadah vertikultur harus
berumur lebih dari satu bulan dan sudah memiliki akar-akar halus. Karena
hanya memiliki total maksimal sebanyak 10 lubang tanam dari sebuah
pipa baralon atau bambu, maka cukup leluasa untuk
memilih 10 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit
ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu
menyiramkan air ke dalamnya, ditandai dengan
menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah
cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar
dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit dikelompokkan
di wadah terpisah.
Tanaman juga
memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk
hidup yang lain. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu
pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit. Sebaiknya pupuk
yang digunakan adalah pupuk organik seperti
pupuk kompos dan pupuk kandang. Pemanenan sayuran biasanya dilakukan
dengan cara akar yang dicabut seperti pada tanaman sayuran yakni
sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung
dan sebagainya. Apabila kita punya tanaman
sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan
dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran
bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Dari hal-hal tersebut dapat
diketahui bahwa tidak selamanya hidup di perkotaan yang memiliki lahan
terbatas, juga dapat membatasi seseorang untuk mengembangkan minatnya dalam
bidang budidaya pertanian khususnya pada tanaman organik. Dengan adanya inovasi
sistem pertanian terbaru seperti sistem tanam vertikultur ini, siapapun dapat
melakukannya tanpa perlu menghabiskan banyak uang, waktu dan tenaga, dalam
pemeliharaan tanaman organik tersebut. Belum lagi, sistem ini juga dapat
menghemat kapasitas persediaan air, karena pemakaian air yang digunakan hanya
sedikit dalam suatu wadah.
; 10 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit
ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu
menyiramkan air ke dalamnya, ditandai dengan
menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah
cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar
dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit dikelompokkan
di wadah terpisah.
Tanaman juga
memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk
hidup yang lain. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu
pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit. Sebaiknya pupuk
yang digunakan adalah pupuk organik seperti
pupuk kompos dan pupuk kandang. Pemanenan sayuran biasanya dilakukan
dengan cara akar yang dicabut seperti pada tanaman sayuran yakni
sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung
dan sebagainya. Apabila kita punya tanaman
sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan
dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran
bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.
Dari hal-hal tersebut dapat
diketahui bahwa tidak selamanya hidup di perkotaan yang memiliki lahan
terbatas, juga dapat membatasi seseorang untuk mengembangkan minatnya dalam
bidang budidaya pertanian khususnya pada tanaman organik. Dengan adanya inovasi
sistem pertanian terbaru seperti sistem tanam vertikultur ini, siapapun dapat
melakukannya tanpa perlu menghabiskan banyak uang, waktu dan tenaga, dalam
pemeliharaan tanaman organik tersebut. Belum lagi, sistem ini juga dapat
menghemat kapasitas persediaan air, karena pemakaian air yang digunakan hanya
sedikit dalam suatu wadah.